Senin, 22 Februari 2016

Asal Usul Nama Madiun

“Madiun adalah Kota Brem, Kota Pecel & Kota Gadis”
Mungkin itu adalah beberapa sebutan atau julukan tentang Daerah Madiun yang terkenal. Madiun adalah sebuah daerah di bagian barat Provinsi Jawa Timur yang dibatasi oleh daerah-daerah Ngawi dan Bojonegoro di sebalah utara, Magetan sebelah barat, kemudian Ponorogo sebelah selatan, dan Nganjuk sebelah timur. Daerah ini terbagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah Kota dan Kabupaten, yang memiliki pusat pemerintahan sendiri-sendiri. Dari segi sejarah dan budaya, Kota dan Kabupaten adalah sama meski Kota Madiun merupakan daerah warisan kolonial. Mungkin semua orang khususnya warga Madiun pasti belum banyak yang tahu tentang asal-usul kata Madiun. Berikut ini adalah beberapa versi mengenai asal usul nama Madiun
Dalam hal penamaan nama “Madiun” terdapat empat versi yang mengacu pada sumber-sumber berikut, (1) dongeng, (2) babad, (3) bahasa, dan (4) analisa kesejarahan.
Versi PERTAMA yaitu sumber dongeng mengatakan bahwa kata Madiun berasal dari memedi berayun-ayun. Dongeng ini bermula ketika seorang empu bernama Ki Umyang atau kadang-kadang disebut juga dengan Ki Sura, seorang abdi Kerajaan Demak, mendirikan pondok kerja pembuatan keris di tepi sendang di Wonosari (sekarang Desa Kuncen termasuk wilayah Kota Madiun). Pada saat keris selesai ditempa kemudian dimasukkan ke dalam air sendang, tiba-tiba secara bersamaan dari dalam sendang muncul makhluk halus sejenis genderuwo atau memedi yang terus berayun-ayun pada suatu dahan pohon di pinggir sendang. Dari kisah memedi berayun-ayun lahir kata Mediun yang dipergunakan untuk memberi nama pada tempat itu (Pemda Dati II Kab. Madiun, 1980:61-63).
Versi KEDUA, sumber babad, tinjauan nama “Madiun” berasal dari penggalan kata Madya-ayun (madya: tengah – ayun : depan atau berhadapan). Penggalan kata tersebut berasal dari posisi duduk bupati kawasan Madiun waktu itu, Kanjeng Panembahan Rama atau Pangeran Timor, setiap menghadiri perjamuan dengan Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Dari rangkaian kata madya-ngayun berubah menjadi Madiun yang dipergunakan untuk memberi nama pada daerah yang diperintah Bupati tersebut (Pemda Dati II Kab. Madiun, 1980:64).
Versi KETIGA, sumber bahasa, dalam tinjauan bahasa Kawi, kata “madiun” berasal dari kata dasar diu berarti raksasa, ma menggambarkan tindakan aktif dan an menggambarkan tempat. Jika digabungkan ma + diu + an berarti tempat raksasa. Raksasa dalam wacana pemikiran abad XV merupakan terminologi yang dikenakan pada pemuja berhala atau pemeluk agama asli. Tokoh Ki Sura merupakan gambaran mubaligh dan raksasa bukan berarti orang jahat dan durhaka tetapi merupakan gambaran penduduk yang masih beragama Hindu. Dengan demikian penamaan Madiun berkait erat dengan proses Islamisasi daerah Madiun oleh Kesultanan Demak (Pemda Dati II Kab. Madiun, 1980:65-66).
Versi KEEMPAT, berdasarkan analisis kesejarahan, menyebutkan bahwa istilah Madiun berasal dari kata mbedi-ayun. Mbedi berarti daerah sekitar sendang (telaga). Ayun berarti depan-berhadapan-perang. Dengan demikian mbedi-ayun berarti peperangan di sekitar sendang. Ini merupakan tanda peringatan takluknya Kabupaten Purbaya oleh Pasukan Mataram melalui peperangan yang berakhir di tepi sendang pada bulan Muharram tahun 1590. Mbediyun kemudian menjadi Mediyun (Pemda Dati II Kab. Madiun, 1980:67-69).

Selasa, 30 Desember 2014

Monumen Tugu Rante

Nama Situs
Monumen Tugu Rante
Tempat
Desa Kali Pucung, Kec. Sanan Kulon, Kab. Blitar
No. Reg

Bahan
Beton dan Besi
Pengelola/Jupel
-
Koordinat/Elevasi
8°5.037'S 112°7.27'E/168 m
Kondisi
Masih Bagus
Bentuk/Ukuran
Obelisk
Deskripsi singkat
Sumber dan literature mengenai monumen ini masih belum saya temukan. Monumen ini oleh warga sebut Tugu Rante karena Tugu/Monumen ini dikelilingi oleh rantai besi yang besar. Letak tugu ini sangat mudah di temukan, karena berada di tengah percabangan jalan menuju Tulung Agung dan Kediri yang berada di desa Kalipucung, Kec. Sanan Kulon. Pada tugu ini terdapat tulisan dalam Bahasa Belanda yang berbunyi ; 
                        IN MEMORIAM.
AMB.FUS. MANDOJO ALG STB No. 98384
    “      “      KALIGIS        “      “     “     96397
    “      “      SOERVOE     “       “     “     98492
    “      “      MATAHERU “      “     “      74454
    “   KORP. AJAL            “     “      “      78968
INL.FUS. KARTOREDJO “     “      “     74905
                 ALIAS PAINO
BIJ HET VERVULLEN VAN HUN PLIGHT OMGE_
NOMEN BIJ DE KLOETUITSBARSTING OP 19 MEI 1919
Singkat kata dari bunyi tulisan di tugu rante adalah monument ini di bangun setelah gunung kelud meletus pada tanggal 19 Mei 1919. Nama-nama diatas merupakan merupakan nama korban meletusnya gunung kelud.

Sumber : Suprianto, Andrik, 2014. Laporan Triwulan IV (September-November 2014) Penyuluh Budaya Kab. Blitar. Kemdikbud.



Selasa, 28 Oktober 2014

Candi Wringin Branjang

Candi Wringin Branjang
          (Andrikpbblitar) Candi ini adalah candi terunik dari beberapa candi yang pernah saya temui. Candi Wringinbranjang begitulah orang menyebutnya. Disebut candi wringin branjang karena dulu ada pohon beringin yang tumbuh dekat candi. Candi ini terletak sebalah selatan Gunung Kelud dengan Koordinat  8°0.172'S 112°16.906'E berada di bukit yang bernama Bukit Gedang, Dusun Sukomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari yang masih satu komplek dengan situs gadungan (sebelah utara Candi).
          Candi ini unik karena bentuknya seperti rumah atau pos jaga. Candi yang terbuat dari batu andesit ini memiliki bentuk kotak/persegi dengan atap limas, pintu masuk menghadap ke selatan. Pada bagian sisi sisi candi terdapat lubang ventilasi yang berbentuk bintang. Data yang saya peroleh candi

Kentrung e Mbah Summeh

(Andrikpbblitar, 28/10/2014)) Kesenian Kentrung merupakan kesenian khas jawa yang memadukan seni suara dan seni musik. Seni Kentrung diiringi alat musik berupa tabuh timlung (kentheng) dan terbang besar (rebana). Blitar merupakan salah satu daerah tempat perkembangan kentrung. Menurut berbagai sumber Kesenian Kentrung di aderah Blitar dulunya sangat banyak dan berkembangan hingga akhirnya yang tersisa tinggal kentrung milik bapak Adam Summeh. Kentrung Mbah Summeh berasal dari Dusun Sanan Desa Dayu Kec. Nglegok. Menurut Mbah Summeh,

Kamis, 14 November 2013

Lagu Saleum

Lagu ini berjudul "Saleum" adalah lagu Aceh, meski aku tak tahu arti lebih dalam dari lagu ini saya sangat suka sekali.
lagu ini pertama saya dengar ketika melihat film Ketika Cinta Bertasbih. so' bisa di bilang lagu ini berhubungan cinta. :)

Salam 'alaykom wa rahmatullah

Jaroe duwa blah ateueh jeumala
Jaroe lon siploh di ateueh ulee
Meu'ah lon lake'e bak kawom dum na

Jaroelon siploh di ateueh ubon
Salam 'alaykom lon teugor sapa
 Jaroelon siploh beu'ot sikureueng
syarat ulon kheun tanda mulia?
Jaroe sikureueng lonbeu'ot lapan
Geulantoe timphan ngon asoe? kaya
 Jaroe lon lapan lon beu'ot tujoh
 Ranup lam bungkoh lonjok keu gata

Terjemahan: 

Salam 'alaikum wa rahmatullah 
Dua tangan menangkup bejana
Sepuluh jari di atas kepala  
Maaf saya untuk semuanya

Sepuluh jari di atas kepala  
Salam ‘alaikum saya menegur sapa 
Sepuluh jari saya angkat sembilan 
Syarat saya sampaikan tanda mulia 
Sembilan jari saya angkat delapan 
Pengganti timphan dan asoe kaya 
Delapan jari saya angkat tujuh  
Bungkusan sirih saya berikan untuk anda 

http://www.youtube.com/watch?v=RZmce8exo38

Minggu, 10 November 2013

Penjara Kecil Madiun

Penjara Bersejarah Madiun yang Akan Tinggal Sejarah (?)

Penjara CPM atau dulu disebut s'lands Gevangenis/Kleine Boei (sumber :bersiapkampen.nl)
(Andrik, 10/11/2013). Pernahkan (warga Madiun) mengetahui bahwa ada penjara lain selain penjara kletak (sekarang Lapas Madiun)? Jawabnya mungkin banyak yang belum mengetahuinya kalau ada penjara lain selain Lapas Madiun. Penjara yang di maksudkan dikenal dengan nama Penjara CPM (Corps Polisi Militer). Bangunan penjara tersebut terletak di Jalan A. Yani no.9 (dulu Jalan Wilis) dekat dengan Sekolah Santo Bernadus atau tepat pertigaan di sebelah kanan anatara Jalan Pandaan dan Jalan A. Yani.
Bangunan dengan luas 3.800 meter persegi ini dibangun pada masa kolonial merupakan penjara kecil. Berdasarkan peta kota Madiun tahun 1917 Penjara CPM dulu bernama s’Land Gevangenis (Penjara Negara) atau Kleine Boei (Penjara Kecil). Bangunan masa kolonial itu tetap kokoh bertahan hingga sekarang meski pada 4 gardu pos pantau yang menjadi ciri kalau ini adalah penjara sudah rusak bahkan ada yang hilang. Penjara tersebut digunakan sebagai rumah tinggal seorang purnawirawan. Meskipun penulis belum bisa masuk ke dalam bisa digambarkan kalau penjara tua tersebut tidak terawat dan yang meninggalinya terkesan hanya menjaga tanpa merawat.

Rabu, 23 Oktober 2013

Rumah Kapten China

Woning Kapitein Chinees Madioen, Nasibmu Kini....!!



Madiun,24/10/2013.dari INFO atau ISSUE yang telah terdengar da beredar Rumah Kuno yang terletak di Selatan alun-alun Madiun. Sudah dibeli oleh Investor dan rencananya akan di hancurkan dan dibangun sebuah hotel. Bila masyarakat Madiun tahu akan sejarahnya rumah kuno tersebut bukan sekedar Rumah Kuno Biasa, melainkan Rumah seorang yang Berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kota madiun pada zamannya. Rumah tersebut adalah rumah tempat tinggal para kapten China Madiun. Kenapa disebut kapten China? hal ini dikarenakan Wilayah Alun-alun madiun ke selatan adalah wilayah kampung Cina atau Pecinan madiun, sedangkan Kapten China adalah jabatan yang diberikan oleh pemerintah Hindiabelanda pada waktu itu untuk mengawasi semua kegiatan apapun yang ada di Pecinan yang merupakan wilayah