Mungkin itu adalah beberapa sebutan atau julukan tentang Daerah Madiun yang terkenal. Madiun adalah sebuah daerah di bagian barat Provinsi Jawa Timur yang dibatasi oleh daerah-daerah Ngawi dan Bojonegoro di sebalah utara, Magetan sebelah barat, kemudian Ponorogo sebelah selatan, dan Nganjuk sebelah timur. Daerah ini terbagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah Kota dan Kabupaten, yang memiliki pusat pemerintahan sendiri-sendiri. Dari segi sejarah dan budaya, Kota dan Kabupaten adalah sama meski Kota Madiun merupakan daerah warisan kolonial. Mungkin semua orang khususnya warga Madiun pasti belum banyak yang tahu tentang asal-usul kata Madiun. Berikut ini adalah beberapa versi mengenai asal usul nama Madiun
Dalam hal penamaan nama “Madiun” terdapat empat versi yang mengacu pada sumber-sumber berikut, (1) dongeng, (2) babad, (3) bahasa, dan (4) analisa kesejarahan.
Versi PERTAMA yaitu sumber dongeng mengatakan bahwa kata Madiun berasal dari memedi berayun-ayun. Dongeng ini bermula ketika seorang empu bernama Ki Umyang atau kadang-kadang disebut juga dengan Ki Sura, seorang abdi Kerajaan Demak, mendirikan pondok kerja pembuatan keris di tepi sendang di Wonosari (sekarang Desa Kuncen termasuk wilayah Kota Madiun). Pada saat keris selesai ditempa kemudian dimasukkan ke dalam air sendang, tiba-tiba secara bersamaan dari dalam sendang muncul makhluk halus sejenis genderuwo atau memedi yang terus berayun-ayun pada suatu dahan pohon di pinggir sendang. Dari kisah memedi berayun-ayun lahir kata Mediun yang dipergunakan untuk memberi nama pada tempat itu (Pemda Dati II Kab. Madiun, 1980:61-63).
Versi KEDUA, sumber babad, tinjauan nama “Madiun” berasal dari penggalan kata Madya-ayun (madya: tengah – ayun : depan atau berhadapan). Penggalan kata tersebut berasal dari posisi duduk bupati kawasan Madiun waktu itu, Kanjeng Panembahan Rama atau Pangeran Timor, setiap menghadiri perjamuan dengan Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Dari rangkaian kata madya-ngayun berubah menjadi Madiun yang dipergunakan untuk memberi nama pada daerah yang diperintah Bupati tersebut (Pemda Dati II Kab. Madiun, 1980:64).
Versi KETIGA, sumber bahasa, dalam tinjauan bahasa Kawi, kata “madiun” berasal dari kata dasar diu berarti raksasa, ma menggambarkan tindakan aktif dan an menggambarkan tempat. Jika digabungkan ma + diu + an berarti tempat raksasa. Raksasa dalam wacana pemikiran abad XV merupakan terminologi yang dikenakan pada pemuja berhala atau pemeluk agama asli. Tokoh Ki Sura merupakan gambaran mubaligh dan raksasa bukan berarti orang jahat dan durhaka tetapi merupakan gambaran penduduk yang masih beragama Hindu. Dengan demikian penamaan Madiun berkait erat dengan proses Islamisasi daerah Madiun oleh Kesultanan Demak (Pemda Dati II Kab. Madiun, 1980:65-66).
Versi KEEMPAT, berdasarkan analisis kesejarahan, menyebutkan bahwa istilah Madiun berasal dari kata mbedi-ayun. Mbedi berarti daerah sekitar sendang (telaga). Ayun berarti depan-berhadapan-perang. Dengan demikian mbedi-ayun berarti peperangan di sekitar sendang. Ini merupakan tanda peringatan takluknya Kabupaten Purbaya oleh Pasukan Mataram melalui peperangan yang berakhir di tepi sendang pada bulan Muharram tahun 1590. Mbediyun kemudian menjadi Mediyun (Pemda Dati II Kab. Madiun, 1980:67-69).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar